Tembung Rangkep Bahasa Jawa
Tembung Rangkep Bahasa Jawa
Tembung rangkep atau dalam bahasa Indonesia bisa disebut kata ulang. Tata bahasa dalam bahasa Jawa berbeda dengan bahasa Indonesia, untuk itu perlu diperhatikan dalam menggunakan tembung rangkep ini.
Tembung rangkep yaitu sekabehane tembung kang diwaca kaping 2, bisa sekabehaning tembung utawa mung sawanda.
Tembung rangkep adalah semua kata yang dibaca dua kali, bisa semua seluruh kata atau hanya satu suku kata saja.
Ada tiga macam tembung rangkep yaitu, tembung rangkep dwilingga, tembung rangkep dwipurwa, tembung rangkep dwiwasana.
Masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri.
1. Tembung Rankep Dwilingga
Merupakan tembung yang dibaca dua kali pada kata asalnya (lingga). Tembung ini mempunyai tiga macam, yaitu
a). Dwilingga padha swara
Contoh tembung dwilingga padha swara, yakni
- Guru-guru
- Murid-murid
- Buku-buku
- Meja-meja
- Kursi-kursi
- Bapak-bapak
- Bocah-bocah
- Omah-omah
b). Dwilingga salin swara
- Mloka-mlaku
- Mloya-mlayu
- Mrana-mrene
- Bola-bali
- Wira-wiri
- Nongas-nangis
- Guya-guyu
- Mesam-mesem
- Nulas-nulis
- Nyopa-nyapu
- Odas-adus
c). Dwilingga semu – dwilingga murni
- Ondhe-ondhe
- Kupu-kupu
- Untir-untir
- Anggang-anggang
- Andheng-andheng
- Orong-orong
2. Tembung Rangkep Dwipurwa
- Dedunung
- Jejupuk
- Lelumpuk
- Tetamba
- Leluri
- Leluhur
- Jejamu
- Tetuku